Minggu, 24 Mei 2015

Sunrise di Pantai Lasiana Kupang, Mungkinkah?

Salah satu pantai indah yang menjadi andalan Kota Kupang adalah Pantai Lasiana. Pantai Lasiana memiliki ombak yang tenang, air yang bening serta dasar pantai.
Lasiana memiliki ombak yang tenang, air yang bening serta dasar pantai yang sepenuhnya pasir putih tanpa karang. Hal ini membuat pantai Lasiana sangat cocok untuk berenang, berjemur, atau sekedar dinikmati keindahannya. Di sepanjang pinggir pantai banyak terdapat pohon tinggi dan berfungsi untuk menaungi bibir pantai. Terdapat  pohon-pohon kelapa dan pohon-pohon lontar tua yang hingga kini masih produktif yang berada di bibir pantai. Pada hari biasa, kawasan pantai ini sepi dari pengunjung.
Bila minggu atau hari liburan tiba, kawasan ini menjadi ramai. Anda bisa mencium aroma ikan bakar dimana-mana dan mendengar nyanyian yang diiringi gitar, karena pada hari-hari libur pantai ini berubah menjadi semacam arena berkumpul keluarga. Banyaknya pengunjung mengundang banyak pedagang datang dan menggelar berbagai makanan dan minuman dingin yang menyegarkan.
Di Pantai Lasianan ini terdapat 14 unit bangunan Lopo-lopo atau bangunan menyerupai rumah tradisional. Lopo-lopo adalah sebutan lokal untuk pondok berbentuk menyerupai kanopi, bertiang batang pohon kelapa atau kayu dan beratapkan ijuk, daun kelapa, daun lontar, dan alang-alang. Bisa juga beratapkan seng yang bagian luar dilapisi ijuk, pelepah kelapa atau lontar, dan alang-alang.  Bangunan ini berfungsi sebagai tempat berteduh dan beristirahat bagi pengunjung yang tidak ingin tersengat panas matahari ketika menikmati pemandangan pantai. Terdapat beberapa kios komersial, kios cendera mata, dan sebuah panggung hiburan rakyat. Juga terdapat kolam renang. 
Saat ini di Pantai Lasiana juga terdapat ODI Cafe. Di cafe ini juga disediakan aneka macam masakan khas NTT dan masakan-masakan lainnya. di Cafe ini pengunjung bisa menunggu datangnya sunset dengan nyaman. Karena yang paling ditunggu di Lasiana adalah Sunset (Matahari Tenggelam). Karena Pantai Lasiana tepat penghadap ke arah matahari tenggelam. 
Namun, siapa sangka ternyata Sunrise (Matahari Terbit) di Pantai Lasiana ini juga tidak kalah indahnya. Dengan ditemani segarnya udara pagi dan embun-embun yang bergelantungan, pengunjung bisa hunting foto Sunrise dari berbagai sudut pantai. Pengunjung bisa menikmati pancaran sinar matahari di pagi hari yang mengintip diantara pohon-pohon tuak (jw: siwalan).
Lasiana, senantiasa menyajikan sudut-sudut yang tidak terduga, jika kita susuri.









Rabu, 20 Mei 2015

KAMPUNG BENA


Kampung Bena adalah salah satu perkampungan megalitikum yang terletak di Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur. Tepatnya diDesa Tiwuriwu, Kecamatan Aimere, sekitar 19 km selatan Bajawa. Kampung yang terletak di puncak bukit dengan view gunung Inerie. Keberadaannya di bawah gunung merupakan ciri khas masyarakat lama pemuja gunung sebagai tempat para dewa. Menurut penduduk kampung ini, mereka meyakini keberadaan Yeta, dewa yang bersinggasana di gunung ini yang melindungi kampung mereka.
Kampung ini saat ini terdiri kurang lebih 40 buah rumah yang saling mengelilingi. Badan kampung tumbuh memanjang, dari utara ke selatan. Pintu masuk kampung hanya dari utara. Sementara ujung lainnya di bagian selatan sudah merupakan puncak sekaligus tepi tebing terjal.
Kampung ini sudah masuk dalam daerah tujuan wisata Kabupaten Ngada. Ternyata kampung ini menjadi langganan tetap wisatawan dariJerman dan Italia.
Ditengah-tengah kampung atau lapangan terdapat beberapa bangunan yang mereka menyebutnya bhaga dan ngadhu. Bangunan bhaga bentuknya mirip pondok kecil (tanpa penghuni). Sementara ngadhu berupa bangunan bertiang tunggal dan beratap serat ijuk hingga bentuknya mirip pondok peneduh. Tiang ngadhu biasa dari jenis kayu khusus dan keras karena sekaligus berfungsi sebagai tiang gantungan hewan kurban ketika pesta adat.
Penduduk Bena termasuk ke dalam suku Bajawa. Mayoritas penduduk Bena adalah penganut agama katolik. Umumnya penduduk Bena, pria dan wanita, bermata pencaharian sebagai peladang. Untuk kaum wanita masih ditambah dengan bertenun.
Pada awalnya hanya ada satu klan di kampung ini yaitu klan Bena. Perkawinan dengan suku lain melahirkan klan-klan baru yang sekarang ini membentuk keseluruhan penduduk kampung Bena. Hal ini bisa terjadi karena penduduk Bena menganut sistem kekerabatanmatriarkat.
Kampung ini sama sekali belum tersentuh kemajuan teknologi. Arsitektur bangunannya masih sangat sederhana yang hanya memiliki satupintu gerbang untuk masuk dan keluar, Menurut catatan Pemerintah Kabupaten Ngada, Kampung Bena diperkirakan telah ada sejak 1.200 tahun yang lalu. Hingga kini pola kehidupan serta budaya masyarakatnya tidak banyak berubah. Dimana masyarakatnya masih memegang teguh adat istiadat yang diwariskan oleh nenek moyang mereka.
Bangunan arsitektur Bena tidak hanya merupakan hunian semata, namun memiliki fungsi dan makna mendalam yang mengandung kearifan lokal dan masih relevan diterapkan masyarakat pada masa kini dalam pengelolaan lingkungan binaan yang ramah lingkungan.
Nilai yang dapat diketahui bahwa masyarakat Bena tidak mengeksploitasi lingkungannya ialah lahan pemukiman yang dibiarkan sesuai kontur asli tanah berbukit. Bentuk kampung Bena menyerupai perahu karena menurut kepercayaan megalitik perahu dianggap punya kaitan dengan wahana bagi arwah yang menuju ke tempat tinggalnya. Namun nilai yang tercermin dari perahu ini adalah sifat kerjasama, gotong royong dan mengisyaratkan kerja keras yang dicontohkan dari leluhur mereka dalam menaklukkan alam mengarungi lautan sampai tiba di Bena.
Dan pada tahun 1995 Kampung Bena telah dicalokan untuk menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO .

Translate